Sumber gambar : https://lifehacker.com/how-to-gracefully-deal-with-rejection-1818702428
Iyeeeees~ bukan salah tulis, pengajuan visa Amerika saya ditolak awal bulan Maret ini :’D rasanya tuh sakit banget karena selama ini mengurus visa negara lain lancar-lancar saja, namanya juga roda berputar ya kadang lancar kadang kesandung batu #mungutbatudipojokan
Mengurus visa Amerika ini sesungguhnya ‘paling unik’ dari negara lain karena petugas konsulatnya lebih suka kalau langsung berhadapan dengan applicantnya daripada sekedar mengecek dokumen berhari-hari yang mana bisa memberikan bukti kuat bahwa si applicant worth it untuk bisa traveling.
Kegagalan visa Amerika mostly memang dari kebodohan saya sih :’D #plak berawal dari pengisian form secara online, saya isi sesuai data-data yang benar dan setelah di-submit bodohnya saya tidak print out untuk dipelajari karena saya merasa bahwa saya sudah hafal dengan apa yang saya isi dan lagipula saya sudah print out dokumen-dokumen sakti antara lain slip gaji, bukti potong pajak, rekening koran, surat HRD, bukti reservasi airbnb, dan bahkan tiket pesawat (mana sebelumnya harus bayar visa dulu ke bank cimb niaga sebesar Rp 2,240,000 lageh) #meringis
Nah saat saya datang ke kedutaan untuk jadwal interview, saya di-interview dulu oleh bagian pengecekan dokumen, hanya ditanya tujuan apa ke Amerika, apakah sebelumnya sudah pernah ke Amerika. Sampai saat si petugas menanyakan salary saya berapa saya benar-benar blank saat itu! Karena saya lupa pernah isi berapa ya :’D karena yang saya ingat adalah saya menerima salary sudah dikurangi cicilan koperasi, dengan ragu saya menjawab “A”.
Setelahnya saya dipanggil lagi oleh petugas konsulat sebenarnya! Dari awal saya sudah bad feeling jangan-jangan soal salary ini bakal dipermasalahkan, untuk menghindari kesalahan saya ‘nyontek’ slip gaji saya dan jawabannya adalah “B”. Mana saya dapat loket yang petugasnya (sebut saja Mr Loket 8) sempat bermasalah lage sama applicant sebelumnya karena sudah di-interview 20 menit, mukanya bete sangat -__-” . Pertanyaannya juga standar sih seperti sebelumnya. Feeling saya benar, saya ditanya lagi soal salary ! Saya jawab A+B (saya harusnya konsisten dengan jawaban di awal dan perbedaan jawaban itu malah membuat petugas konsulatnya makin curiga). Tidak lama dia kasih kertas pink dong dengan muka bete alias surat refusal dengan alasan tidak ada ikatan kuat sama Indonesia, hiks.. dokumen saya tidak dilihat sama sekali T__T Sedangkan travel mate saya si Sundus malah visanya granted tapi cuma 3 bulan 😐
Karena penasaran dua minggu kemudian saya kemari lagi tuh apply ulang, anehnya di interview bagian pengecekan dokumen si petugasnya tidak bertanya sama saya sama sekali setelah baca data saya di komputer lumayan lama #makincuriga . Kemudian ketika di interview sama konsulat apesnya saya kedapetan Mr Loket 8 lage! Ini nomer antrian sakti banget ya sengaja mempertemukan saya dengan dia :’D tapi untungnya dia lagi happy sambil menyapa “Selamat Pagi!” setelah dia baca data saya di komputer agak lama juga dia cuma senyum-senyum sambil bilang “Oh.. i see, I see… anda duduk dulu lagi ya nanti akan dipanggil” OMG! Gue mau diapain ya kok disuruh duduk lagi jadi makin deg-degan.
Dipanggil lah saya menuju loket si bapak yang lebih berumur (jangan-jangan saya dilempar ke seniornya si Mr Loket 8, apakah case saya sangat berat #lebay )
Gini nih interview detailnya:
Bapak2: “WAH ANDA HEBAT YA SUDAH KEMANA2 2012 KE JEPANG 2013 KESINI 2014 KESINI 2015 KESINI 2016 KESINI 2017 KESINI” *pakai speaker toa dimana orang-orang di ruang tunggu secara otomatis melihat ke arah saya* maksutnya apa coba 😐
Bapak2: “Salary anda berapa ?” (aduh momok banget ini masalah salary) :’D
Oia ketika isi form kedua, saya baru ingat kalau di form pertama saya tidak memasukkan gaji! Pantes dari pertama kedutaan menanyakan salary #plak
Saya: “Segini…..”
Bapak2: “Wah anda sudah menghafal angka dengan baik ya dan anda sudah tahu alasan kenapa interview pertama ditolak” Sambil senyum-senyum (reseeeeeee)
Bapak2: “Anda terakhir kesini 2 minggu sebelumnya ya”
Saya: “Iya”
Bapak2 : “Saya mau tanya cost ke Eropa berapa waktu itu?”
Saya: “Segini……”
Bapak2: “Menurut saya itu high cost banget, saya penasaran dengan salary anda yang cuma segini (cumaaaa), kok bisa pergi tiap tahun ya apalagi tahun lalu anda ke Australia kan, cost ke Australia berapa”
Saya: “Segini……..”
Bapak2: “Tuh kan high cost juga, anda tahu kenapa waktu itu ditolak?”
Saya cuma geleng-geleng
Bapak2: “Saya mau anda meyakinkan saya dengan salary anda yang segini dan biaya hidup di Jakarta yang tidak murah tapi bisa menyisihkan sebagian untuk traveling tiap tahun dengan cost cukup tinggi”
Saya cuma bilang ‘saving saja’ karena tidak mungkin saya bilang saya dapat pinjaman koperasi kan :’D
Akhirnya bisa ditebak, saya ditolak lage! Tapi surat penolakannya beda alasan yaitu “tidak bisa membuktikan dengan apa saya bisa pergi ke Amerika” adeh..
Si Bapak ini bilang “Saya minta maaf tidak bisa memberikan anda visa hari ini, sebenarnya anda punya record yang baik dan saya akan menuliskan komentar yang baik tentang anda di data kami, saya tidak akan menjelek-jelekan anda disini, kalau anda mau coba apply lagi saya persilahkan untuk datang tapi tidak dalam jangka waktu dua minggu seperti sekarang”
Yaseh boleh datang lagi tapi kalau saya datang ketiga kali saya sudah bisa beli iphone 6 ! Akhirnya saya relakan saja untuk tidak pergi ke Amerika dulu karena waktunya belum tepat. Tapi untungnya saya tidak d-blacklist sama kedutaan #fiuh
Beberapa hari setelah penolakan monumental itu saya browsing tentang pengalaman orang-orang yang ditolak visa Amerikanya, rata-rata mereka no idea alasan pasti yang membuat mereka ditolak. Setelah saya ingat-ingat pengalaman saya waktu itu.
Lho….
Saya kok malah dikasih tahu dengan detail sama si bapak itu ya, akhirnya saya sadar (atau hanya feeling saya saja?) Kalau si bapak ini sebenarnya mau kasih saya visa sampai mancing-mancing segala dengan pertanyaan bagaimana saya bisa nabung dengan salary segitu tapi masih bisa jalan-jalan tiap tahun (sebenarnya jawaban gampang BANGET itu) tapi memang saat itu lagi gugup saya malah tidak bisa menjawab apa yang ingin dia dengar, wajar sih si bapak hanya mengikuti SOP dan kalau jawaban saya tidak memuaskan tapi dia kasih saya visa bisa-bisa integritas si bapak akan dipertanyakan. Mungkin si Mr Loket 8 juga ragu mau kasih saya visa/tidak jadi dia lempar saya ke bapak ini untuk final decisionnya. Tapi di kedatangan kedua saya ini saya merasa di treat dengan baik oleh petugas-petugas konsulatnya, saya tidak jadi sebal deh.
Oh well, memang saya tidak boleh pergi dulu karena ternyata saya masih ada masalah pribadi yang harus dibereskan dan kalaupun jadi pergi tidak akan menyelesaikan masalah #mencobamencaripembenaran
Begitulah pengalaman saya mengurus Visa Amerika, kalau tidak mengalami peristiwa ini jadi tidak menarik kan ceritanya :’D
Hikmah dari semuanya adalah, Amerika sangat serius dalam menyeleksi calon traveler untuk ke Amerika, maka jangan main-main dengan form yang kamu isi ya, kecerobohan sedikit akan fatal akibatnya dan bisa dijadikan senjata untuk menolak pengajuan visanya. Bagi yang sedang berjuang mengurus Visa Amerika, good luck!